Blog

7 Perbedaan antara Pebisnis Milenial dengan Generasi Sebelumnya

Tiap generasi tentu memiliki karakteristiknya masing-masing termasuk juga generasi milenial. Salah satu hal yang paling membedakan generasi milenial adalah generasi ini tumbuh bersamaan dengan berkembangnya teknologi. 

Banyak pembahasan mengenai bagaimana generasi milenial memiliki budaya dan gaya kerja yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Tak hanya di tempat kerja, ternyata pebisnis milenial pun memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dibanding pebisnis dari generasi-generasi sebelumnya. 

Baca juga: Ingin Memulai Bisnis di Tengah Pandemi? Simak Dulu Strateginya

Namun berbeda bukan selalu berarti buruk lho. Ada juga yang positif, contohnya beberapa hal di bawah ini. Apa saja ya yang membedakan pebisnis milenial dengan generasi sebelumnya?

Melek Teknologi

Seperti yang sudah disebutkan di atas, generasi milenial tumbuh bersama dengan teknologi. Rata-rata milenial mendapatkan pelajaran komputer di sekolah. Mereka juga sangat familiar dengan media sosial. 

Karena itu, generasi milenial tidak dipusingkan dengan teknologi seperti yang dialami generasi-generasi sebelumnya. Pasalnya, teknologi sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari mereka. Jadi tak heran apabila bisnis mereka juga tech-savvy. 

Makanya saat ini ada begitu banyak startup teknologi bermunculan. Kalaupun bisnis yang dibangun oleh pengusaha milenial bukan bisnis yang berbasis teknologi, pasti teknologi tetap dilibatkan di dalamnya. Setidaknya bisnis tersebut pasti memiliki akun media sosial. 

Lebih Optimis

Menariknya, pebisnis milenial ternyata lebih optimistis dibandingkan generasi sebelumnya. Optimisme ini memang tidak selalu membawa bisnis mereka ke arah yang lebih baik. Ada banyak bisnis startup yang gagal karena keputusan buruk yang diambil terlalu cepat. 

Di sisi lain, ini juga berarti pebisnis milenial lebih berani mengambil risiko. Walaupun mereka menyadari persentase kegagalannya cukup besar, pebisnis milenial cenderung lebih memiliki keberanian untuk tetap maju dan mencobanya. 

Poin di atas tidak bisa disamaratakan ke seluruh pebisnis milenial tentunya. Pada dasarnya, optimisme bisa menjadi pisau bermata dua. Rasa optimis berlebih bisa membawa pebisnis pada kegagalan. Namun, membangun sebuah bisnis juga membutuhkan keberanian dan optimisme yang besar. 

Gaya Berpakaian yang Lebih Kasual

Perbedaan ini bisa dengan mudah terlihat di kantor-kantor startup. Rata-rata kantor startup memiliki aturan berpakaian yang tidak terlalu ketat apabila dibandingkan dengan kantor korporat. 

Apabila dulu orang harus menggunakan jas kemeja saat ke kantor, sekarang beberapa kantor melonggarkan aturan tersebut dan memperbolehkan karyawannya untuk ke kantor menggunakan blouse atau bahkan kaos. 

Walaupun memang ada beberapa situasi dan pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya untuk menggunakan pakaian yang lebih formal, kebanyakan pebisnis milenial lebih fleksibel terhadap aturan berpakaian.

Menghargai Work-Life Balance

Masih berhubungan dengan gaya kepemimpinan pebisnis milenial, biasanya mereka juga lebih menghargai work-life balance dan berusaha menerapkan budaya kantor yang menyenangkan. Pada generasi sebelumnya, work-life balance bukan menjadi suatu isu yang terlalu diprioritaskan. Namun ternyata, hal ini berbeda dengan generasi milenial.

Karena banyak generasi milenial saat ini yang sudah memiliki keluarga, mereka tidak mau pekerjaan membuat mereka mengabaikan keluarga. Terlebih lagi, mereka mungkin sudah melihat sendiri bagaimana generasi sebelumnya mengalami burnout. Misalnya dari orang tua mereka atau bahkan mereka mengalaminya sendiri dan tidak ingin hal tersebut terulang pada perusahaan mereka. 

Ini bukan berarti setiap bisnis yang dibangun oleh milenial sangat mempedulikan work-life balance, tetapi secara general isu ini memang lebih diperhatikan dibandingkan sebelumnya. Makanya, beberapa perusahaan mengkompensasi hal ini dengan memberikan beberapa perks seperti dengan menyediakan daycare, gym, dan sebagainya. Banyak juga kantor yang menerapkan jam kerja fleksibel atau bahkan memperbolehkan karyawannya untuk bekerja dari rumah (remote). 

Sudah Lebih Tahu Soal Marketing

Karena generasi milenial lebih familiar dengan teknologi, khususnya media sosial, mereka pun pada dasarnya sudah tahu sedikit mengenai marketing. Jelas tidak semua milenial menguasai marketing. Kebanyakan pebisnis milenial pun tetap harus mempelajari lebih lanjut soal marketing. Namun mereka setidaknya tahu sedikit mengenai apa yang kira-kira bisa berhasil dan apa yang tidak. 

Hal ini dikarenakan generasi milenial merupakan pengguna media sosial sejak awal media sosial terbentuk dan beradaptasi seiring berbagai platform yang ada berkembang. Mereka tahu iklan seperti apa yang menarik perhatian mereka dan membuat mereka ingin mencari tahu lebih lanjut. Mereka juga cenderung lebih paham dengan perilaku berbelanja orang seusia mereka atau yang lebih muda.

Lebih Fleksibel

Generasi milenial paham betul bahwa di era sekarang ini, kita tidak perlu lagi terikat pada meja kerja kita untuk bisa bekerja dengan produktif. Bahkan, banyak dari generasi milenial yang bekerja freelance atau dari rumah. Makanya saat menjadi pebisnis, mereka cenderung lebih fleksibel dalam hal jam dan kondisi kerja. 

Tak jarang perusahaan yang didirikan oleh milenial menerapkan remote work secara menyeluruh. Ada juga yang hanya meminta karyawannya datang beberapa hari saja dalam seminggu. Rata-rata pebisnis milenial lebih paham bahwa dengan kemudahan teknologi saat ini, mereka tidak membutuhkan seluruh karyawan mereka untuk datang ke kantor setiap hari. Mereka masih bisa berdiskusi, mengadakan rapat, bahkan mengatur dan mendelegasikan pekerjaan tanpa harus bertemu langsung.

Didorong oleh Tujuan

Setiap pebisnis tentu mau sukses dan mendapatkan penghasilan yang besar. Namun, tak sedikit juga pebisnis milenial yang tidak hanya didorong oleh keuntungan. Uang memang penting untuk keberlangsungan bisnis, tetapi memiliki passion dan tujuan dalam menjalankan bisnis mereka memiliki makna yang lebih besar bagi banyak pebisnis milenial. Makanya, saat ini banyak startup yang tidak hanya menawarkan produk atau jasa tetapi juga memiliki program sosial.

Baca juga: Bagaimana Cara Menerapkan Strategi Branding yang Tepat di Berbagai Platform?

Apakah karakteristik-karakteristik di atas menggambarkan kamu sebagai pebisnis? Atau kamu merupakan milenial yang baru ingin terjun ke dunia bisnis? Karena saat ini teknologi berperan penting dalam pengembangan bisnis, pastikan bisnismu punya online presence yang kuat ya. Salah satunya lewat website toko online. 

Dengan demikian, kamu jadi bisa bersaing secara digital juga dengan kompetitor-kompetitormu. Tentu kamu tidak mau kan kehilangan calon pembeli atau klien hanya karena kompetitormu memiliki web jualan online sehingga lebih mudah ditemukan sedangkan kamu tidak? Yuk, kembangkan bisnismu buat website online bisnismu dari sekarang dengan menggunakan jasa pembuatan website ecommerce agar bisa sukses jualan online!

To SIRCLO, the success of your online business is a priority.

Start your success story now!